
Selain itu orang tua Rudy juga
mempunyai usaha pemrosesan susu sapi di Wonokromo, Jawa
Timur. Ayah Rudy juga pernah menjadi pemain bulu tangkis di masa mudanya.
Zulkarnain pernah bermain di kompetisi kelas utama di Surabaya. Zulkarnain
pertama kalinya bermain untuk Asosiasi Bulu Tangkis Oke yang dia dirikan
sendiri pada tahun 1951.
Sejak SD
sampai SMA Rudy sangat senang dengan berbagai olahraga. Tetapi minat besarnya
jatuh pada permainan bulutangkis. Setelah ayahnya mengetahui bakat Rudy, ayahnya
mulai melatih Rudy secara sistematik pada Asosiasi
Bulu Tangkis Oke dengan pola latihan yang telah ditentukan oleh
ayahnya.Program kepelatihannya ditekankan pada empat hal utama yaitu: kecepatan, pengaturan napas yang baik, konsistensi permainan dan sifat agresif dalam menjemput target.
Ketika Rudy mulai berlatih di Asosiasi yang dimiliki ayah pada saat itulah Rudy
merasakan latihan profesional yang sesungguhnya. Setelah beberapa lama
bergabung dengan grup ayahnya, akhirnya Rudy memutuskan untuk pindah ke grup
bulu tangkis yang lebih besar yaitu Grup
Rajawali. Rudy merasa sudah menemukan grup terbaik untuk mengembangkan
bakat bulu tangkisnya. Akan tetapi setelah berdiskusi dengan ayahnya, Rudy
mengakui bahwa jika dia ingin kariernya di bulu tangkis meningkat maka dia
harus pindah ke tempat latihan yang lebih baik, oleh sebab itu Rudy memutuskan
untuk pindah pada Pusat Pelatihan Thomas Cup pada
akhir tahun 1965. Setelah
Rudy mengikuti pelatihan di Pusat Pelatihan Thomas Cup, kemampuan bulu tangkis
Rudy semakin membaik.
Pertandingan pertama Rudy tingkat Internasional pada
tahun 1967 Rudy berhasil memenangkan
pertandingan Thomas Cup untuk Indonesia. Kemudian Rudy menjadi Juara tunggal putra All England 8 kali (1968, 1969, 1970, 1971,
1972, 1973, 1974, dan 1976), Runner Up All England disektor ganda putra berpasangan
dengan Indra Gunawan (1971) dan Runner-Up All England 2 kali (1975, 1978).
Selanjutnya pada tahun (1970,1973,1976,1979) Rudy berhasil meraih Juara bersama
Tim Indonesia dalam Thomas Cup dan dua kali menjadi Runner Up bersama Tim
Indonesia dalam Thomas Cup pada tahun 1967
dan 1982. Selain itu Rudy juga berhasil meraih Juara Dunia World Championship
tahun 1980, Juara Denmark Open 3 kali pada tahun (1971, 1972, 1974), Juara
Canadian Open 2 kali pada tahun (1969, 1971) , Juara US Open tahun 1969, dan
juara Juara Japan Open tahun 1981 serta Juara cabang olahraga percobaan pada
Olimpiade 1972 di Munich.
Selain
prestasi yang telah disebutkan diatas, atas prestasinya dibidang olahraga
bulutangkis Rudy pun memperoleh banyak penghargaan dari dalam maupun luar
negeri. Penghargaan tersebut antara lain : Asian Heroes, TIME Magazine (2006),
Tercatat dalam Guiness Book of World Records pada tahun 1982, Olahragawan
terbaik SIWO/PWI (1969 dan 1974), IBF Distinguished Service Award 1985, IBF
Herbert Scheele Trophy 1986 ( penerima
pertama ), Honorary Diploma 1987 dari the International Committee’s “Fair Play”
Award, dan Tanda Kehormatan Republik Indonesia.
Tentunya prestasi
yang diraih oleh Rudy tidak begitu saja didapatkan. Kunci kesuksesan Rudy yang
pertama ialah berdoa. Menurut Rudy “doa
adalah kunci Suksesnya”. Dengan berdoa, Rudy memperkuat pikiran dan iman.
Berdoa tidak hanya sebelum bertanding, tetapi juga selama bertanding. Selain
rajin berdoa, Rudy juga sangat disiplin dengan waktu latihannya. Dia selalu
berlatih mulai pagi hari hingga pukul 10 malam.
Rudy juga
termasuk orang yang pantang menyerah untuk meraih cita-citanya, walaupun banyak
rintangan dalam latihannya. Dengan kondisi seperti itu Rudy tetap berlatih
dengan bersemangat. Rudy tidak pernah berhenti sebelum dia menjadi juara dunia.
Kerja keras
juga merupakan kunci kesuksesan Rudy. Setiap hari, Rudy bangun pukul 05.00 WIB
untuk berlari. Semula jarak tempuh lari 1 km kemudian 10 km. Rudy menempuh
jarak 10 km dalam waktu 1 jam. Selama 10 tahun Rudy digembleng dengan cara
seperti itu oleh ayahnya.
Pada
tahun 1975 Rudy
menghadapi ujian di All England. Pebulutangkis Denmark, Svend Prl menghentikan
langkah Wonder Boy di partai puncak. Kegagalan ini tak membuat dia lemah,
justru sebaliknya dia mampu bangkit dari keterpurukan. Berselang satu tahun
kemudian, dia kembali meraih juara di All England. Rudy mendapatkan pengalaman
berharga dari keberhasilan itu. Dia menilai kegagalan bukanlah suatu alasan
untuk menyerah.
Seiring
dengan berjalannya waktu, umur dan kesehatan Rudy memaksanya untuk beristirahat.
Saat masa istirahatnya, Rudy menjadi
Ketua Bidang Pembinaan PB PBSI dalam kurun waktu 1981-1985. Walaupun
Rudy saat ini sudah gantung raket, tetapi sejak itu, ia memusatkan perhatian pada pembinaan
pemain-pemain yang lebih muda, yang diharapkan dapat menggantikannya. Selain melatih pemain muda, Rudy juga
mengembangkan bisnis. Peternakan sapi perah di daerah Sukabumi adalah awal
mulanya ia bergerak dalam bisnis susu. la juga bergerak dalam bisnis alat
olahraga dengan mengageni merk Mikasa, Ascot, juga Yonex. Kemudian melalui
Havilah Citra Footwear yang didirikan pada 1996, ia mengimpor berbagai macam
pakaian olahraga. Selain itu, Rudy pun pernah menjadi pengusaha oli merek Top 1
dan menjadi pemain dalam film “Matinya Seorang Bidadari” pada tahun 1971
bersama Poppy Dharsono.
Dari perjalanan hidup Rudy
Hartono, banyak sekali hal-hal yang patut diteladani, antara lain : selalu berdoa
dalam situasi apa pun, bekerja keras dalam menggapai cita-cita, pantang
menyerah walaupun banyak rintangan, disiplin waktu, dan bangkit dari
keterpurukan, karena kegagalan bukan alasan untuk menyerah.
0 komentar:
Posting Komentar